Supaya Sukses

mendaki karir sampai puncak

16 November 2008

Karir lebih penting ketimbang cinta?

Nadine Chandrawinata Pilih Karir Daripada Nikah. "Yang pasti, abis selesai kuliah, mau kerja dulu aja," ucap mantan Putri Indonesia itu. Meskipun memiliki hubungan serius, Nadine belum mau membicarakan soal pernikahan dengan pacarnya yang sedang mengambil studi di negeri paman Sam.

Syahrini Pilih Karir daripada Nikah. Cathy Sharon Pilih Karir Ketimbang Pacar. Ogah pacar posesif, Aura Kasih pilih karir. Sandra Dewi, pilih karir daripada cinta!

Wow! Semua yang katakan pilih karir di atas itu perempuan. Padahal, wanita biasanya lebih mementingkan cinta daripada karir. Mengapa mereka malah pilih karir? Apakah karir itu memang lebih penting daripada cinta?

Memang, para pencinta tak bisa hidup layak tanpa uang. Namun, apakah kehidupan kita ini layak kita jalani bila tiada cinta di dalamnya?

Kurasa, karir dan cinta itu sama pentingnya. Masalahnya barangkali hanyalah bahwa ada saat-saat tertentu ketika karir itu lebih penting, tetapi ada pula waktu-waktu lainnya ketika cinta justru lebih diperlukan.

Hanya saja, bagaimana kita bisa tahu kapan karir itu lebih penting dan kapan cintalah yang lebih perlu bagi kita? Pertanyaan ini mungkin tampak sederhana. Bahkan saking sederhananya, persoalan ini malah hampir tak pernah kita pikirkan. Padahal, justru inilah perkara mendasar yang perlu kita pahami lebih dahulu apabila kita hendak sungguh-sungguh memilih mana yang akan kita prioritaskan pada waktu tertentu: karir ataukah cinta.

Ternyata menentukan pilihan prioritas antara cinta dan karier itu tak selalu mudah. Bahkan biasanya sulit. Bayangkan! Kedua urusan ini berpengaruh besar terhadap masa depan kita. Baik di dunia maupun di akhirat. Padahal, masa depan kita itu, khususnya yang berkenaan dengan karier dan cinta, tak bisa diprediksi dengan pasti. Masa depan kita itu penuh dengan ketidak-pastian. Salah pilih dapat berakibat fatal.

Lantas, gimana dong?

Kita menyadari, informasi yang ada pada kita tidaklah sepenuhnya memadai untuk memprediksi masa depan. Karena itu, sudah selayaknya kita berpaling kepada yang tahu segalanya. Siapa? Siapa lagi kalau bukan Tuhan Sang Mahatahu?

Aku belum tahu bagaimana pandangan agama non-Islam mengenai persoalan "memilih" ini. Yang kutahu, Islam mengajarkan istikharah. Dengan istikharah, kita memohon Allah memilihkan bagi kita. Siapa tak mau dipilihkan oleh Sang Mahatahu?

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda