Supaya Sukses

mendaki karir sampai puncak

25 Januari 2009

Langit gelap terbelah, pertanda kiamatkah?

Ketika langit biru di atas kita mendadak berubah menjadi hitam, itu pertanda apa? Bencanakah? Bila semilir tiupan angin beralih menjadi badai kencang nan dahsyat, itu pertanda apa? Malapetakakah? Kalau langit hitam terbelah, seolah-olah menghunuskan pedang merah di tengah amarah badai, itu pertanda apa? Kiamatkah? Belum tentu, belum tentu, belum tentu.

Jika bukan bencana, bukan malapetaka, bukan kiamat, maka itu pertanda apa? Mari kita simak sebuah kisah cantik berikut ini.

***

Ada kegundahan tersendiri yang dirasakan seekor anak katak ketika langit tiba-tiba gelap.

“Bu, apa kita akan binasa. Kenapa langit tiba-tiba gelap?” ucap anak katak sambil merangkul erat lengan induknya.

Sang ibu menyambut rangkulan itu dengan belaian lembut.

“Anakku,” ucap sang induk kemudian.

“Itu bukan pertanda kebinasaan kita. Justru, itu tanda baik.” jelas induk katak sambil terus membelai.

Dan anak katak itu pun mulai tenang.

Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama.

Tiba-tiba angin bertiup kencang. Daun dan tangkai kering yang berserakan mulai berterbangan. Pepohonan meliuk-liuk dipermainkan angin. Lagi-lagi, suatu pemandangan menakutkan buat si katak kecil.

“Ibu, itu apa lagi? Apa itu yang kita tunggu-tunggu? ” tanya si anak katak sambil bersembunyi di balik tubuh induknya.

“Anakku. Itu cuma angin,” ucap sang induk tak terpengaruh keadaan.

“Itu juga pertanda kalau yang kita tunggu pasti datang!” tambahnya begitu menenangkan.

Dan anak katak itu pun mulai tenang.
Ia mulai menikmati tiupan angin kencang yang tampak menakutkan.

“BLAAARR !!!” suara petir menyambar-nyambar.

Kilatan cahaya putih pun kian menjadikan suasana begitu menakutkan.

Kali ini, si anak katak tak lagi bisa bilang apa-apa. Ia bukan saja merangkul dan sembunyi di balik tubuh induknya. Tapi juga gemetar.

“Buuu, aku sangat takut. Takut sekali!” ucapnya sambil terus memejamkan mata.

“Sabar, anakku!” ucapnya sambil terus membelai.

“Itu cuma petir. Itu tanda ketiga kalau yang kita tunggu tak lama lagi datang! Keluarlah.

Pandangi tanda-tanda yang tampak menakutkan itu.

Bersyukurlah, karena hujan tak lama lagi datang,” ungkap sang induk katak begitu tenang.

Anak katak itu mulai keluar dari balik tubuh induknya.

Ia mencoba mendongak, memandangi langit yang hitam, angin yang meliuk-liukkan dahan, dan sambaran petir yang begitu menyilaukan.

Tiba-tiba, ia berteriak kencang, “Ibu, hujan datang. Hujan datang! Horeeee!”

“Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum. Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan.”

Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: “Jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu akan datang. Sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan.”

***

Kisah di atas itu merupakan kutipan dari sebuah postingan berjudul "Anak Katak Dan Hujan" di blog Aling. Katanya, "Sumber : email dari sahabat. Semoga bisa jadi renungan sederhana." Pesan dari Aling : “SEMOGA KITA SELALU KUAT DAN TEGAR APAPUN KENYATAAN YANG KITA ALAMI, BAIK SAKIT, DIPHK, DITINGGAL ORANG-ORANG YANG KITA CINTA DLL. MARI KITA SALING MENGUATKAN”.

Tambahan keterangan dari M Shodiq Mustika:
Ungkapan "Sesungguhnya setelah kesukaran itu ada kemudahan” di akhir kisah itu merupakan terjemahan dari sepotong ayat Al-Qur'an (94: 6). Lanjutannya, "dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS 94: 8)

Label: ,

20 Januari 2009

Cukup satu cara saja untuk atasi segala masalah rezeki

Apakah Anda sedang menghadapi masalah memilih karir diantara berbagai alternatif? Sulit mendapatkan pekerjaan yang memenuhi harapan? Sulit meningkatkan karir sesuai dengan cita-cita? Mau memantapkan karir supaya tidak jatuh dari puncak kesuksesan? Mau sukses tidak hanya di dunia, tetapi juga sukses di akhirat?

Tenanglah. Allah Sang Maha Pemberi rezeki telah menyediakan satu cara... ya, SATU cara saja.... yang ampuh untuk mengatasi semua persoalan tersebut. Caranya adalah istikharah.

Mengapa caranya adalah “istikharah”? Sebab, istikharah itu berarti doa memohon kepada Allah agar Dia [1] memilihkan, [2] memudahkan, dan [3] mentakdirkan yang terbaik. Istikharah juga berarti memohon pula agar Dia [4] menjauhkan kita dari apa yang kita inginkan apabila di dalamnya terdapat keburukan. (Lihat Abu Umar Abdullah Al-Hammadi, Misteri Shalat Istikharah (Solo: Pustaka Ar Rayyan, 2006), hlm. 29)

Dengan memilih berdasarkan pilihan Allah, teratasilah masalah memilih karir diantara berbagai alternatif. Bagamanapun, pilihan Allah tentulah yang paling tepat. Sebab, Dia Mahatahu dan Mahabijaksana. Dia takkan memilihkan bagi kita karir yang puncaknya terlalu tinggi bagi kita untuk kita raih. (Lihat QS al-Baqarah [2]: 286.) Dia juga takkan memilihkan bagi kita karir yang puncaknya terlalu rendah bagi kita bila dibandingkan dengan potensi di dalam diri kita. Dalam sebuah ayat mengenai rezeki, ditegaskan bahwa “Allah mengatur segala sesuatu sesuai dengan kadarnya.” (QS ath-Thalaq [65]: 3)

Lalu dengan dimudahkan oleh Allah, kita takkan lagi kesulitan mendapatkan pekerjaan yang memenuhi harapan. Kita juga takkan sulit meningkatkan karir sesuai dengan cita-cita. Sebab, Dia sudah berjanji bahwa bersama kesulitan, selalu ada kemudahan. (Lihat QS Alam Nasyrah [94]: 6-8.) Dan apa pun janji-Nya, Dia pasti menepatinya. (Lihat QS Luqman [31]: 33)

Kemudian apakah kita “tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS ar-Rum [30]: 37)? Perhatikan, dong! Secara demikian, dengan ditakdirkan oleh Tuhan bahwa kita sukses, maka mantaplah kesuksesan kita. Sebab, tidak ada yang dapat menggoyahkan takdir Allah. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (Lihat QS ar-Rum [30]: 50.)

Akhirnya, dengan dijauhkan dari apa yang kita inginkan apabila di dalamnya terdapat keburukan, maka kesuksesan kita bukan hanya di dunia, melainkan juga di akhirat. Sebab, kesuksesan kita di dunia akan membuat kita seolah-olah mudah memenuhi berbagai keinginan kita. Namun, keinginan kita tidak selalu baik. Andai kita mengumbar nafsu, mentang-mentang sudah sukses, maka Allah sediakan neraka bagi kita kelak di akhirat. Sebaliknya, bila kita kendalikan nafsu kita, maka surgalah balasannya.

Maka apabila malapetaka yang sangat besar [yaitu kiamat] telah datang, pada hari [ketika] manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya, dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat, maka orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun orang-orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. (QS an-Naazi’aat [79]: 34-41)

Terus, apakah doa (istikharah) itu sudah mencukupi? Ya, sudah memadai. Allah sudah berjanji untuk senantiasa mengabulkan doa kita. (Lihat QS al-Mu'min [40]: 60) Tentu saja, doa yang pasti dikabulkan itu adalah doa yang sebenar-benarnya, bukan doa yang asal-asalan.

Bagaimanakah doa (istikharah) yang sebenar-benarnya (atau tidak asal-asalan) itu? Insya'Allah saya akan berusaha menerangkannya di tulisan mendatang.

Label: , , , , , ,

16 November 2008

Karir lebih penting ketimbang cinta?

Nadine Chandrawinata Pilih Karir Daripada Nikah. "Yang pasti, abis selesai kuliah, mau kerja dulu aja," ucap mantan Putri Indonesia itu. Meskipun memiliki hubungan serius, Nadine belum mau membicarakan soal pernikahan dengan pacarnya yang sedang mengambil studi di negeri paman Sam.

Syahrini Pilih Karir daripada Nikah. Cathy Sharon Pilih Karir Ketimbang Pacar. Ogah pacar posesif, Aura Kasih pilih karir. Sandra Dewi, pilih karir daripada cinta!

Wow! Semua yang katakan pilih karir di atas itu perempuan. Padahal, wanita biasanya lebih mementingkan cinta daripada karir. Mengapa mereka malah pilih karir? Apakah karir itu memang lebih penting daripada cinta?

Memang, para pencinta tak bisa hidup layak tanpa uang. Namun, apakah kehidupan kita ini layak kita jalani bila tiada cinta di dalamnya?

Kurasa, karir dan cinta itu sama pentingnya. Masalahnya barangkali hanyalah bahwa ada saat-saat tertentu ketika karir itu lebih penting, tetapi ada pula waktu-waktu lainnya ketika cinta justru lebih diperlukan.

Hanya saja, bagaimana kita bisa tahu kapan karir itu lebih penting dan kapan cintalah yang lebih perlu bagi kita? Pertanyaan ini mungkin tampak sederhana. Bahkan saking sederhananya, persoalan ini malah hampir tak pernah kita pikirkan. Padahal, justru inilah perkara mendasar yang perlu kita pahami lebih dahulu apabila kita hendak sungguh-sungguh memilih mana yang akan kita prioritaskan pada waktu tertentu: karir ataukah cinta.

Ternyata menentukan pilihan prioritas antara cinta dan karier itu tak selalu mudah. Bahkan biasanya sulit. Bayangkan! Kedua urusan ini berpengaruh besar terhadap masa depan kita. Baik di dunia maupun di akhirat. Padahal, masa depan kita itu, khususnya yang berkenaan dengan karier dan cinta, tak bisa diprediksi dengan pasti. Masa depan kita itu penuh dengan ketidak-pastian. Salah pilih dapat berakibat fatal.

Lantas, gimana dong?

Kita menyadari, informasi yang ada pada kita tidaklah sepenuhnya memadai untuk memprediksi masa depan. Karena itu, sudah selayaknya kita berpaling kepada yang tahu segalanya. Siapa? Siapa lagi kalau bukan Tuhan Sang Mahatahu?

Aku belum tahu bagaimana pandangan agama non-Islam mengenai persoalan "memilih" ini. Yang kutahu, Islam mengajarkan istikharah. Dengan istikharah, kita memohon Allah memilihkan bagi kita. Siapa tak mau dipilihkan oleh Sang Mahatahu?

Label: ,

13 November 2008

Haruskah kita menyerah pada takdir yang menyakitkan itu?

Bagaimanakah sikap kita seandainya terkena penyakit langka yang bernama Still’s Disease? Sel-sel darah putih kita kehilangan kemampuan untuk membedakan antara sel-sel tubuh yang sehat dan bakteri atau virus yang merusak tubuh. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh kita justru menyerang jaringan tubuh yang sehat dan menyebabkan peradangan serta nyeri sendi. Bagaimana?

Mungkin sampai tiga bulan, kita tidak bisa beranjak dari tempat tidur. Kehidupan kita sangat tergantung orang lain. Bahkan, untuk mandi sekalipun, kita harus meminta tolong seseorang. Kalau capek sedikit saja, kita langsung pingsan.

Bagaimana? Apakah kita akan memilih terus berada di tempat tidur?

Setelah masa tiga bulan lewat, kita dapat mulai belajar berjalan. Meski tulang-tulang di tubuh kita terasa remuk, kita bisa kembali berjalan seperti semula. Untuk berjalan dalam jarak lima meter saja, kita harus melakukannya dalam lima menit. Sangat pelan. Rasanya seperti berjalan dengan seluruh tulang yang sudah patah. Sungguh sangat menyakitkan.

Bagaimana? Apakah kita harus menyerah pada takdir yang menyakitkan itu? Tidakkah dalam keadaan begini pun, kita sebetulnya masih bisa menggapai takdir yang menyenangkan, misalnya meniti karir setinggi-tingginya? Mau, nggak, kita bercapek-capek menuju puncak?

Eits, menggapai takdir yang menyenangkan dalam keadaan menyakitkan itu tidak mustahil lho! Tuhan berjanji, "Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. ... dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS Alam Nasyrah [94]: 6-8)

Belum yakin? Buktinya ada! Simak sajalah pengalaman Gita Rusminda dalam kisah nyata "Tulang mau patah, tapi terus berkarir di level internasional".

Label: , ,